Kasih #2

          
******
            "Kita jadi pindah ke Jogja lagi kan pi?" Kata seorang gadis yang sedang beranjak remaja kepada papinya. "Iya nak. Kenapa ngebet banget?" Jawab papinya dengan muka menggoda. "Hayoo ada apa?"
            "Hahaha, aku kangen sama Jogja yaah. Bakalan ketemu sama temen-temen SD engak ya?"


            "Kemungkinan besar sih ketemu kan sekolah yang bakal kamu masuki itu sekolah Favorit di Jogja, pasti banyak yang masuk kesana..."
             "Semoga deh. Tapi aku takut buat kenalan di depan kelas..."
            "Kan dulu waktu kamu pindah ke sini juga perkenalan pertama kali toh? Tinggal kenalan apa susahnya sih?" Kata maminya.
            "Iya sih mam, yaudah deh. Kapan kita pergi pap?"
            "Yaa, pas liburan semester.."
             "Asyiiiik!!"
******
            "Liburan semester kemana Len?" Kata Teman sebangku Hellen. "Aku Mau pindah ke Jogja May" Jawab Hellen kepada May teman sebangkunya itu. "WHAT?! Move to Jogja?! Live in Jogja?! AGAIN?!" Kata May dengan nada yang Kagetnya di buat-buat. "Iyaa Maay!! Gausah lebay deh!" Jawab Hellen dengan menyengir geli melihat tingkah temannya itu. "Yaa maaf bawaan dari lahir nih. Bokap nyokap gue juga gitu L-E-B-A-Y" "woo sekarang sudah Belajar bahasa gaul ya may?" Kata Hellen dengan terbahak. May hanya meringis.
            "Temen-temen aku mau pamitan, besok kan udah liburan tuh, aku mau pindah ke Jogja.." Kata Hellen dengan tegas di depan kelas. Lalu serempak satu kelas itu ribut, "Kenapa pindah? Kan baru satu semester.." Kata salah satu diantara mereka. "Papiku ada tugas disana. Kalo kangen sama aku bisa sms kok! Nomorku ada di May.. " Hellen tersenyum sambil keluar kelas di sambut lambayan tangan dari teman-temannya.
****
            "Good Bye Bandung, Hello Jogja!" Di dalam mobil saat perjalanan ke Jogja Hellen sudah membayangkan betapa indahnya masuk ke SMA Favorite di Jogja dan bertemu teman-teman SDnya.
            “Gimana nak? Excited?” Kata papa Hellen, “Of course pa!” jawab Hellen bersemangat.
            Tiba-tiba handphone Hellen berbunyi, ada SMS dari May!
“Kepriye kabare mbak? Lancar toh pejalananne? Kula kangen iki!”
Hellen tertawa pelan, baru juga tadi ketemu di sekolah. Hellen pun memutuskan untuk menelepon May. Mereka pun bercanda gurau di telepon
******
            Tak disangka liburan semester yang diisi dengan menata perabotan rumah baru selesai juga. Sekarang saatnya Hellen bersekolah di sekolah barunya.
            “Sekolahnya besar juga ya” kata Hellen dalam hati saat masuk kedalam sekolah barunya didampingi calon wali kelasnya itu. “Pagi anak-anak!! Kita kedatangan murid baru!” kata Bu Mani yang memecah keramaian, serontak seluruh siswa diam mendengarkan. “Silahkan masuk Hellen”
            Hellen tersenyum dengan perasaan gugup. “Halo semua, aku Hellen murid pindahan dari Bandung. Salam kenal”  Terdengar dari seluruh penjuru kelas berbisik-bisik membicarakan Hellen.
            “Ada yang mau memberinya pertanyaan?” Kata Bu Mani. “Saya bu! Kamu dulu pernah sekolah di Jogja juga kan? Lalu pindah ke Bandung. Benar tidak?” Kata gadis berlesung pipi. “Iya, kamu tau dari mana? Kamu… Jenny? Eh maksud aku Jannete?” Jawab Hellen. “Kamu Hellen yang dulu masuk lumpur yah?” Teriak salah satu temannya. Ternyata sekolahnya sekarang masih satu yayasan dengan SD nya dulu, itu yang membuat hampir seluruh teman-temannya di kelas ini adalah teman satu SD nya.
            Hari berganti hari Jannete semakin dekat dengan Hellen. Jannete yang termasuk anak tenar di sekolah itu mengajari banyak hal kepada Hellen, “Peraturan itu ada untuk dilanggar” “Kok makan bekal sih? Jajan aja. Makan bekal kayak anak kecil aja. Kita udah bukan anak SD kali!” dan masih banyak lagi. Hellen yang merasa semua itu salah perlahan ingin keluar dari kelompok geng milik Jannete itu tetapi dicegah.
            Menjelang kenaikan kelas Hellen yang biasanya belajar kali ini tidak bisa karena paksaan Jannete untuk menemaninya berbelanja di beberapa mall besar di jogja. Tidak hanya menemani, Hellen pun dipaksa membeli beberapa baju yang tidak ia suka.
            Jannete juga menyuruh Hellen untuk membeli Handphone baru yang canggih kalau tidak dia adalah anak ketinggalan jaman yang pantas untuk dibuang jauh-jauh tetapi Hellen pun tidak mau sampai-sampai Jannete berpura-pura menyenggol handphone Hellen dan merusakkannya sampai tidak bisa dipakai supaya Hellen membeli yang baru.
********
            Setahun berada di Jogja ternyata tidak memperbaik keadaan keluarganya. Papa Hellen sakit-sakitan sedang pekerjaannya tertinggal dan dipecat. Ibunya yang tidak bekerja hanya bisa menjagai papa Hellen dengan sabar dan penuh perhatian. Hellen pun begitu. Keadaannya tak membaik, apa lagi dengan adanya kejadian ini Hellen dijauhi oleh geng Jannete. Hellen sekarang memilih untuk menyendiri selama disekolah. Sampai akhirnya dia diajak bermain dengan beberapa anak yang juga teman satu SD nya dulu.
            “Len, lagi apa e? kantin yuks! Aku mau bayar utang. Barusan gajian nih” Kata Feby
            “Wow, sekarang si angsa udah berubah jadi itik buruk rupa yang nggak punya apa-apa nih sampai-sampai dia berteman dengan tikus got!” terdengar sindiran dari belakang kelas.
            “Udah yuk, kantin” kata Hellen. “Kamu nggak bisa gitu dong! Itu namanya mereka ngehina kamu! Itu enggak baik tau! Kita harus kasih tau mereka kalau itu salah. Iya kalau yang mereka ejek itu orang sabar kayak kamu. Kalau orangnya enggak sabar kan kasihan mereka. Mereka bisa di hajar!” bisik Feby yang terdengar emosi. Begitulah hari-hari Hellen diisi dengan hinaan dari teman-teman geng lamanya itu. Sampai suatu hari papa Hellen yang sudah sembuh kembali bekerja dan mendapat honor yang lebih tinggi dari awalnya sedangkan ayah Jannete di depak dari pekerjaannya. Seperti kata pepatah, Roda kehidupan itu pasti akan berputar. Ada saatnya kita diatas dan ada saatnya kita dibawah. Jannete yang awalnya adalah ketua geng di usir dan di kucilkan.
            Hellen yang melihat hal itu merasa kasihan pada Jannete sampai akhirnya Hellen mengungkapkan ke prihatinannya itu pada Faby. Setelah mereka rundingkan mereka sepakat akan membuat Jannete menjadi salah satu dari mereka dan memberitahunya bahwa kekayaan bukan segalanya. Misi mereka dimulai dengan Hellen yang mengajak Jannete setiap akan keluar kelas tetapi semua ajakan itu ditolak mentah-mentah, mereka pun mencari cara lain.
            “Gimana kalau kita beri dia makanan bekal?” kata Hellen
            “Boleh tuh! Tapi nanti pasti Jannete bakal ngira kita menyindir dia nggak punya makan!’
            “Eeh? Masa pikirannya sampai kesitu sih? Aku aja enggak mikirin itu.”
            “Ehm, gimana kalau kita !@#@$#%$^&*(^%$&” Jannete berbisik kepada Hellen dan mereka tersenyum setuju.
            Minggu pagi Hellen menjemput Feby dirumahnya untuk menjalankan rencananya
            “Kamu yakin hari ini, kan? Kalau tidak kan aku malu!” Kata Hellen melihat kotak yang sedari tadi dipangkunya. “Aku yakin! Percaya sama aku!” kata Feby dengan penuh percaya diri. “Okedeh, pak ke alamat yang kemarin yah” Kata Hellen kepada supirnya.
            Mereka turun di sebuah rumah kecil sederhana dan mengetok pintu. Seorang wanita yang sudah berkerut membukakan pintu. “Hellen yah? Aduh ngerepotin. Nggak usah pake acara surprise gini tante jadi enggak enak.” Kata wanita itu
            “Enggak apa kok tante, kita malah seneng” jawab Faby
            “Nah, yang ini pasti Faby! Ini kue nya yah? Jannete masih tidur tuh. Oh ya sebentar, duduk sini tante ambilkan lilin dan minum . Kalian boleh mulai menghias, silahkan.” Yah, wanita ini adalah Ibu Jannete dan Feby Hellen sekarang berada di rumah Jannete.
            “Makasih tante, nggak usah repot-repot” Jawab Faby dan Hellen.
******
            Ruangan tadi sekarang sudah tenggelam dengan banyak balon berwarna-warni dan di tengah ruangan terdapat roti yang bertuliskan Happy Sweet 17th My Friend Jannete. Hellen dan faby melihat semuanya dari jauh dan tersenyum puas, “Beres”
            “Tante, ruangannya sudah selesai. Boleh kita minta tolong tante bangunkan Jannete?” Faby memohon.
            “Iya, tunggu sebentar yah!” Jawab Ibu Jannete
            Terdengar dari kejauhan Jannete berbincang dengan ibu dan ayahnya yang bersama dengan dia. Setelah mereka bertiga sampai ke dalam ruangan itu..
            “Happy Birthday to you! Happy Birthday Jannete! Happy Birthday, Happy Birthday, Happy Birthday to you!” Lagu Happy Birthday terdengar meriah menyelimuti ruangan itu.
            “Hellen, Faby? Kenapa kalian disini? Kalian ingat ulang tahunku?” kata Jannete dengan air mata yang hampir tumpah.
            “Kita mau merayakan ulang tahunmu. Tahun ini kamu udah dinyatakan jadi dewasa dalam umur “ Jawab Faby disambut dengan anggukan Hellen.
            “Thanks all” Teriak Jannete dan memeluk kedua sahabatnya barunya itu
Sejak saat itu ayah Jannete diberi pekerjaan oleh papa Hellen dan kembali sukses, sedangkan sifat jelek Jannete yang suka memaksa orang lain menjadi seperti yang dia mau sudah hilang dan lenyap karna kasih sayang yang diberikan dua sahabat barunya itu.

Comments

Popular posts from this blog

Audition - It Rains on a Moving Train

Kelas 9

Drama Serial: Shut Up Flower Boy Band