JANGAN MENANGIS MAMA ,SEMUA INDAH PADA WAKTUNYA :)

Bu Lena segera terbangun dari tidurnya saat dokter bedah keluar dari kamar operasi.

Dia bertanya dengan penuh harapan ,”Bagaimana anakku? Dia baik-baik saja kan? Kapan aku bisa mememuinya?”

Dokter bedah menjawab ,”Saya sudah berusaha sebaik mungkin ,namun sayangnya anak ibu tidak dapat tertolong.”

Bu Lena bertanya dengan hati remuk ,”Apa Tuhan sudah tidak peduli lagi? Mengapa anak laki-lakiku dapat terkena kanker? Dimanakah Tuhan saat anak laki-lakiku membutuhkan-Nya?”





Dokter bedah bertanya ,”Apakah ibu ingin bersama anak ibu selama beberapa waktu?”

Bu Lena menjawab ,”Ya ,saya sangat ingin bersama anak saya . Bukan hanya beberapa waktu melainkan selamanya . Namun apa daya waktu sendiri yang telah memisahkan kami berdua.”




Bu Lena meminta seorang perawat untuk tetap tinggal bersamanya saat dia akan mengucapkan selamat tinggal kepada anaknya untuk terakhir kali.

Perawat itu bertanya ,”Apakah ibu mau memotong sedikit rambutnya untuk ibu simpan sebagai kenang-kenangan?”

Bu Lena mengangguk . Perawat itu pun langsung memotong sedikit dari rambut Gio dan memasukkannya ke dalam kantong plastik untuk disimpan.



Bu Lena bercerita bahwa Gio anaknya ingin mendonorkan bagian tubuhnya untuk orang lain yang lebih membutuhkan. Awalnya Bu Lena tidak memperbolehkan . Namun Gio berkata ,”Mama ,saya kan sudah tidak membutuhkan tubuh ini lagi setelah saya mati ,mungkin dengan cara demikian saya dapat membantu anak-anak lain supaya dapat hidup lebih lama dengan mamanya.”

Bu Lena terus bercerita tentang anak semata wayangnya itu.

Setelah itu Bu Lena pergi meninggalkan rumah sakit tempat Gio dirawat selama 6 bulan. Dia membawa kantong yang berisi mainan anaknya. Perjalanan pulang sungguh sulit baginya ,terutama saat dia memasuki rumah yang terasa kosong. Bu Lena menaruh barang-barang itu di kamar Gio kemudian menatanya sesuai kebiasaan yang dilakukan oleh Gio.

Kemudian Bu Lena membaringkan tubuhnya di tempat tidur sambil memegang kantong plasti berisi rambut anaknya . Bu Lena tertidur . Tengah malam Bu Lena terjaga . Ia menemukan sehelai surat disamping bantalnya.

Surat itu berbunyi :

“Mama tercinta ,saya tahu mama sangat kehilangan saya ,namun saya akan selalu mengingatmu dan selalu mencintaimu ,Ma. Walaupun saya tahu bahwa saya sudah tidak bisa mengatakan ‘Aku Sayang Mama’. Saya sangat mencintaimu Ma dan semakin hari saya semakin mencintaimu sampai nanti kita bertemu lagi. Namun sebelum kita bertemu lagi mama boleh mengadopsi anak agar mama tidak merasa sendiri. Jika itu anak laki-laki ,maka mama boleh memberi semua mainanku dan mempersilakan dia tidur di kamarku. Namun jika itu anak perempuan ,mungkin anak itu tidak melakukan apa yang kami anak laki-laki lakukan. Oleh sebab itu mama harus membelikan peralatan yang digunakan anak perempuan. Jangan sedih karena memikirkanku ,Ma. Tempatku berada disini sangatlah indah. Kakek dan nenek telah menemuiku dan mengajakku melihat tempat-tempat indah setelah aku sampai disini . Oh iya Ma ,mama tau? Aku telah bertemu papa :) Papa sangat terlihat gagah dengan jas putih yang dikenakannya. Ia menciumku dan menggendongku menuju ke tempat Tuhan Yesus. Aku melihat malaikat yang pendiam dan sangat dingin ,tapi aku senang karena aku dapat melihat mereka terbang. Dan mama tahu apa yang kulihat? Aku melihat Tuhan Yesus :) Tuhan Yesus sangatlah berbeda dari gambar yang dilukis oleh manusia. Tuhan Yesus sendiri yang mengajakku pergi menemui Allah Bapa. Dan mama tahu? Aku boleh duduk di pangkuan Allah Bapa kemudian aku berbicara dengan-Nya seolah-olah aku ini orang penting. Aku bercerita pada Allah Bapa bahwa aku ingin menulis surat pada mama untuk mengucapkan selamat tinggal. Dan Allah Bapa meminjamkan aku sehelai kertas dan pensil-Nya yang ajaib. Saat mama bertanya pada Bapa ,dimana Bapa sat aku kesakitan? Bapa menjawab bahwa Ia selalu ada bersama kami anak-anak-Nya ,Ma. Bagi orang lain ,ini hanyalah sehelai kertas kosong ,hanya mama yang bisa membaca isi surat ini. Sekarang aku harus mengembalikan pensil Bapa yang ajaib ini. Oh iya ,aku hampir lupa memberitahukan kepada mama bahwa sekarang aku sudah tidakmerasa kesakitan lagi. Ternyata Allah Bapa juga tidak tahan melihat aku merasa kesakitan. Itulah sebabnya mengapa Ia mengirim malaikat pembebas untuk menjemputku. Bagaimana Ma? Luar biasa bukan? Sampai disini dulu ya ,Ma . Selamat tinggal. Salam kasih dari Allah Bapa ,Tuhan Yesus ,dan aku :) Aku Sayang Mama.”

Setelah Bu Lena membaca surat itu ,Bu Lena terisak. Bu Lena percaya bahwa Gio ,anaknya telah bahagia bersama-Nya. Beberapa waktu kemudian Bu Lena mengadopsi anak kembar ,laki-laki dan perempuan. Bu Lena amat menyayangi mereka seperti rasa sayang Bu Lena kepada Gio ,anak kandungnya.

Coppas from Elisabeth Diyyan Tirtalenada's note :)

Comments

Popular posts from this blog

Audition - It Rains on a Moving Train

Lagu Dance Perpisahan 2011/2012

Geografi kelas X Atmosfer - Cuaca dan iklim